Tawazun
Tawazun menurut bahasa berarti keseimbangan atau seimbang
sedangkan menurut istilah tawazun merupakan suatu sikap seseorang untuk memilih
titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu persoalan.
Persoalan-persoalan yang tidak seimbang tersebut yakni sebagai berikut. Dalam
kehidupan terdapat suatu kejadian dimana seseorang hanya mementingkan urusan
dunianya saja atau berprinsip hidupnya hanyalah untuk mencari kesenangan semata,
dan hal ini dia wujudkan dalam aktivitasnya sehari-hari dan dalam pergaulannya,
seperti merokok, minuman keras, berjudi, narkoba, dan semua perbuatan maksiat
lainnya, atau meskipun tidak berbuat maksiat dia memenuhi kebutuhan secara
berlebihan, seperti makan dan tidur dengan berlebih-lebihan atau
bermalasan-malasan fenomena yang seperti ini merupakan suatu kecendrungan
terus-menerus terhadap hal yang negatif. Sedang kecendrungan yang terus-menerus
terhadap hal positif, dapat diumpamakan sebagai berikut, seseorang yang
terus-menerus melakukan ibadah dengan cara mengurung diri, serta tak
memperdulikan lingkungan sosial sekitar. Masih banyak contoh-contoh yang lain
yang tidak dapat dikemukakan secara satu-persatu.
Meskipun diartikan sebagai suatu keseimbangan atau adil, hal itu
bukan berarti harus menempatkan posisi ditengah-tengah atau jalan tengah,
karena realitanya suatu pertengahan belum tentu menunjukkan suatu keseimbangan,
karena tergantung bobotnya, hal ini mungkin lebih mudah dipahami oleh seorang
arsitektur atau seorang insinyur teknik. Atau contoh mudahnya dapat diambil
sebagai berikut, seorang ibu mempunyai dua orang anak, yang satu sedang duduk
dibangku SD, sedangkan yang lain duduk dibangku perguruan tinggi, tentunya si
Ibu tersebut tidak akan memberikan uang saku dengan jumlah yang sama kepada
masing-masing anaknya tersebut, jika Ibu tersebut berpegang pada prinsip
keadilan tentu ia akan memberikan uang dengan dengan jumlah yang lebih kepada
anaknya tertua karena anak ini mempunyai kebutuhan yang lebih pula dibandingkan
adiknya yang masih SD.
Sikap tawazun sangat diperlukan oleh kita sebagai insan yang
muslim, tujuannya adalah agar kita tidak melakukan sesuatu hal yang berlebihan
dan mengesampingkan hal-hal yang lain atau malah melupakannya, padahal hal yang
dimaksud itu memiliki hak yang harus ditunaikan pada diri kita.
Rasulullah saw memerintahkan kita untuk bersikap tawazun
seperti. Dapat diambil contoh kisah para sahabat Rasulullah saw, yang kurang
lebih seperti ini, ada tiga orang sahabat Rasulullah saw yang
datang kepada beliau dan mengutarakan maksudnya masing-masing,
orang yang pertama mengatakan bahwa dia tidak akan menikah selama hidupnya,
kemudian orang yang kedua mengatakan bahwa dia akan berpuasa setiap hari dan
terus-menerus seumur hidupnya dan yang terakhir mengatakan bahwa ia akan sholat
tanpa henti-hentinya, namun apa kata Rasulullah saw, kalian jangan seperti itu,
masing-masing urusan ada haknya, urusan dunia haknya sedangkan urusan akhirat
ada juga haknya, jalankanlah hal itu dengan seimbang.
Allah
SWT menciptakan alam ini dengan keseimbangan dan memerintahkan kita untuk
menjaga keseimbangan itu seperti yang termaktup dalam surah Ar-Rahmaan: 7-9,
yang artinya sebagai berikut:”Dan Allah telah meninggikan
langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas
tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi neraca itu.“
Kemampuan
manusia untuk bertawazun didukung oleh fitrahnya, manusia diciptakan dengan
fitrahnya oleh Allah SWT, yang mana fitrahnya itu adalah hanif yaitu
kecendrungan untuk melakukan kebaikan dan mengakui ketauhidan, namun kemudian
keadaannya sesudah lahir yang terkadang diarahkan oleh kedua orang tuanya
tersebut membuat anak tersebut menjadi nasrani, yahudi, majusi apabila orang
tuanya tersebut merupakan non-muslim, sebagaimana yang tercantum dalam surah
Ar-Ruum:30 yang artinya:”Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” Serta
hadist Rasulullah yang berbunyi:”Setiap bayi terlahir daIam
keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi,
Nasrani atau Majusi (Mutafaq alaih)”.
Dalam menjalankan fitrah tersebut, manusia diberikan oleh Allah
SWT tiga potensi yaitu:
§ Jasmani
Setiap manusia menyadari akan hal ini, masing-masing mengetahui
cara-cara memenuhi kebutuhannya, diantaranya dengan makan, minum, istirahat,
pakaian, tempat tinggal. Dalam hal ini Rasulullah saw memberikan pedoman dan
perintah terkait dengan cara-cara memenuhi kebutuhan tersebut, seperti dalam
hal makan dan minum, Rasulullah saw memerintahkan kurang lebih sebagai berikut
“makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang”. Secara logis hadist
ini dapat diterima bahwa jika diibaratkan suatu sistem, maka rasa lapar
samahalnya dengan suatu alarm, dimana setiap alarm pasti akan berbunyi di saat
kondisi kritis atau sedang terjadi bahaya, apakah terdengarnya suatu alarm
tersebut merupakan suatu perihal yang baik dan ditunggu-tunggu? tentu saja
tidak, demikian pula halnya tubuh dalam memberikan rasa lapar.
§ Akal
Hal
yang paling membedakan manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya
adalah dianugerahkannya akal, dengan akal ini manusia seharusnya mampu menilai
baik dan buruk sehingga tidak terjerumus kedalam jurang kebatilan, sehingga
apabila manusia mampu menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya dan
terus-menerus mencari kebenaran, maka derajatnya bisa melebihi para malaikat
dan apabila manusia tidak menggunakan akal dan senang jatuh kedalam
keterpurukan moral dan sebagainya maka derajatnya menyamai hewan bahkan lebih
rendah lagi. Lalu bagaimana cara memenuhi kebutuhan dari potensi ini? jawaban
ialah selalu belajar dan menuntut ilmu apapun ilmunya tentu saja ilmu yang
positif baik itu berhubungan dengan dunia walaupun dengan akhirat, yang penting
dilakukan karena lillahi ta’ala .
§ Ruh
Tidak semua orang menyadari sepenuhnya akan potensi ini, apabila
seseorang merasa gelisah atau tidak tentram, itu merupakan salah satu pertanda
akan kekurangan ruh, namun banyak diantara orang yang tidak paham akan hal ini
melampiaskannya kepada hal-hal yang negatif terutama generasi muda sekarang
yakni meminum minuman keras, narkoba, sex bebas mencuri bahkan bunuh diri,
seperti yang sering kita lihat pada infotaimen-infotaimen selebritis yang
begitu digembar-gemborkan, sebagai akibat dari kekurangan akan ruh maka cacat
moral akan terjadi pada yang bersangkutan sehingga ia tidak akan merasakan
perasaan bersalah sesudah melakukan perbuatan-perbuatan dosa tersebut. Agama
Islam sangat memperhatikan dengan hal ini, yakni bagaimana caranya untuk
memenuhi kebutuhan ruhani, yaitu dengan rajin dalam beribadah terutama yang
wajib(rukun), lalu dilanjutkan dengan sunah seperti memperbanyak membaca
Al-Qur’an, berdzikir, bermuhasabah, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment