Tuesday, November 25, 2014

TUGAS ROSUL


Sarah Rasmul Bayan Tarbiyah; Jasiman Lc.
Kalau Allah menghendaki, bisa saja Allah memberi petunjuk kepada manusia secara langsung. Akan tetapi untuk suatu hikmah yang dikehendaki-Nya, Allah mengutus para rasul dengan tugas-tugas yang telah ditentukan. Tugas Rasul secara umum sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an adalah mengemban risalah dakwah dan menegakkan diinullah.
1. Mengemban risalah dakwah
Yang termasuk dalam hal ini adalah:
a. Mengenalkan al-Khaliq kepada umatnya melalui ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Karena Allah swt. bersifat ghaib, maka pengenalan kepada-Nya hanya dapat dilakukan melalui ayat-ayat [tanda-tanda kekuasaan-Nya] itu. Rasulullah saw. sendiri tidak pernah melihat Allah. Demikian kebanyakan ulama berdasarkan riwayat yang mengatakan bahwa ‘Aisyah ra bertanya: “Apakah baginda pernah melihat Allah?” Beliau saw. menjawab: “Cahaya, bagaimana mungkin aku dapat melihat-Nya?”
b. Mengajarkan kepada umatnya cara ibadah yang benar. Cara ibadah ini pun sebenarnya beliau tidak mengada-adakan. Dikatakan dalam riwayat bahwa Allah mengutus malaikat Jibril kepadanya lalu mengajarkan bagaimana wudlu dan shalat, lantas beliau pun mengajarkannya kepada Khadijah. Demikian seterusnya.
c. Menyampaikan pedoman hidup [diin]. Lafadz diin dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, diantaranya sistem. Hal ini dapat dipahami dari sabda Rasulullah saw.: “Islam dibangun atas lima perkara…” “Buhul-buhul Islam akan lepas satu demi satu…” [lihat hal ini dalam materi ma’rifatu diin al-Islam]
d. Mendidik umatnya dengan arahan dan nasehat-nasehat tulusnya hingga mereka menjadi orang yang memiliki karakteristik musllim seperti beliau.
2. Menegakkan sistem [Agama] Allah
Sistem ini, al-Islam, betapapun hebatnya tidak akan berdiri sendiri tanpa ada yang menegakkannya. Kalau Allah menghendaki, memelihara kedamaian dan keharmonisan hidup di dunia dapat dilakukan-Nya sendiri. Akan tetapi Allah saw. memberikan kesempatan dan kehormatan kepada hamba-hamba-Nya untuk memberikan kontribusi [betapapun kecil di hadapan-Nya] dalam upaya menegakkan sistem Allah di muka bumi . dengan itu mereka akan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah. Bahkan pemimpin yang adil [salah satu dari tujuh golongan] yang akan mendapat naungan-Nya pada hari ketika tidak ada naungan lain selain naungan Allah. Tegaknya sistem, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits “Buhul Islam” bermula dari kedaulatan /supremasi hukum. Karena itu tugas rasul dalam hal ini adalah:
a. Menegakkan khilafah
Disebut khilafah karena manusia dapat mandat dari Allah untuk menegakkan syariat-Nya dan mewujudkan kemashlahatan umat manusia. Dalam menjalankan kekhalifahannya, manusia tidak boleh menyimpang dari ketentuan syariat Allah.
b. Mencetak kader
Dibutuhkan kader yang akan mengawal dan membela sistem ini dalam jihad li i’la’i kalimatillah. Hal ini penting demi keberlangsungannya khilafah Islamiyah di bumi.
c. Mentarbiyah generasi
Mengajarkan kepada para pewarisnya panduan yang harus mereka ikuti dalam mendakwahkan agama-Nya.
d. Memimpin dan memberi teladan
Dalam menjalankan misinya, perlu diberikan keteladanan bagaimana mengimplementasikan risalah Islam, termasuk dalam hal-hal yang tidak ada nashnya secara qath’i. Untuk itu beliau mengajar mereka bermusyawarah. Tugas Rasulullah saw. dalam mengimplementasikan risalah Islam: sebagai da’i, pendidik, sekaligus pemimpin.


sifat-sifat rosul

SIFAT-SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI NABI DAN RASUL SERTA PETUNJUK AKAL YANG MENDUKUNGNYA
Sifat-safat wajib dan Mustahil bagi Nabi dan Rasul masing-masing ada empat ,yaitu :
1. الصدق ,Sidiq artinya : Benar,Jujur.
Adalah berita yang dibawa para Nabi dan Rasul pasti benar adanya sesuai dengan fakta dan realita kenyataan .
Lawan dari sifat Sidiq adalah الكذب,artinya Bohong . Berita yang dibawanya tidak sesuai dengan realita.
Petunjuk akalnya :
Andaikan Para Nabi dan Rasul tidak bersifat Sidiq (jujur),tentu mereka bersifat sebaliknya yaitu Kadzib (bohong).dan jika mereka bohong,maka berita Tuhan tentang pembenaran terhadap para Nabi dan Rasulpun juga bohong. Berita tentang pembenaran Tuhan terhadap mereka adalah diungkapkan lewat pemberian mu’jizat. Tuhan berbohong adalah tidak masuk akal,sebab berita Tuhan pasti sepengetahuanNya atau sesuai dengan IlmuNya. Dan berita yang demikian pastilah benar adanya. Kebenaran berita Allah menunjukakan bahwa para rasul tidak Bohong.
Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul wajib bersifat Sidiq dan mustahil bersifat Kadzib.
2. الامانة Amanah artinya dapat dipercaya
Amanah adalah terpeliharanya Nabi dan Rasul dari perbuatan maksiat baik yang lahiriyah misalkan minum khamer ,zina,berdusta ,maupun batiniyah seperti hasud , sombong,riya’.Para Nabi dan Rasul sejak kecil sampai wafatnya tidak pernah melanggar larangan Tuhan baik makruh ataupun yang menyalahi keutamaan ( خلاف الاولى ) apalagi yang haram.Kalaupun ada dalam Al Qur an atau hadis kisah Nabi atau Rasul yang lahiriyahnya menunjukkan penyimpangan,maka hendaklah dikembalikan kepada para Ulama’ ahli Tafsir yang lebih mengetahui tafsir ataupun ta’wil dari kisah tersebut.Semua kegiatan Nabi dan Rasul adalah merupakan tasyri’ atau pembelajaran kepada umatnya,sehingga tak lain perbuatan mereka pasti berkitar antara wajib dan sunnah.
Lawan dari sifat Amanah adalah الخيانة artinya menyalahi perintah Allah dan durhaka kepadaNya.
Petunjuk akalnya :
Andaikan Nabi dan Rasul tidak bersifat Amanah tentunya mereka bersifat Khiyanat yaitu meninggalkan perintah Allah dan melanggar laranganNya.Jika Nabi dan Rasul berkhiyanat,maka tentunya kita sebagai umatnya juga disuruh mengikuti mereka dengan berbut dosa dan kemungkaran,
sebab Allah telah berfirman :
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعونى
Katakanlah Muhammad; Jika kamu sekalian mencintai Allah,maka ikutilah sunnahku ( QS. Ali Imran : 31 )
ž ( إن الله لا يأمر بالفحشاء
Sesungguhnya Allah tidak memerintah kepada hal yang keji ( QS.Al A’raaf : 28 )
Kesimpulan : Nabi dan Rasul wajib bersifat Amanah dan mustahil bersifat Khiyanat.
3. التبليغ , Tabligh artinya : menyampaikan Wahyu
Tabligh adalah : Nabi dan rasul pasti menyampaikan wahyu Tuhan kepada umatnya.Tidak ada satupun yang disembunyikan selama wahyu itu diperintah Allah untuk disampaikan.Adapun hal-hal yang sifatnya khusus dan tidak boleh disampaikan,maka tidak wajib bagi Rasul menyampaikannya sebaliknya harus dirahasiakan.Begitu juga perkara yang diperbolehkan memilih antara disampaikan atau dirahasiakan maka juga tidak wajib disampaikan.
Lawan dari sifat Tabligh adalah الكتمان ,Kitman artinya : Menyembunyikan wahyu yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umat.
Petunjuk akalnya :
Andaikan para Rasul tidak bersifat Tabligh,tentu mereka bersifat sebaliknya yaitu Kitman atau merahasiakan wahyu Tuhan.Jika demikian halnya maka kitapun pasti juga disuruh merahasiakan ilmu,sebab Allah telah menyuruh kita untuk mengikuti para Nabi dan Rasul dalam firmanNya :
واتبعوه لعلكم تهتدون
Dan ikutlah dia ( Muhammad ) supaya kamu dapat pentunjuk ( QS. Al A’raaf : 158 )
Tidak benar jika kita disuruh menyimpan ilmu sebab seseorang yang merehasiakan ilmunya dan tidak mau mengajarkan kepada orang lain adalah dilaknat Tuhan dalam firmanNya :
إن الذين يكتمون ما أنزلنا من الكتب ألئك يلعنهم الله ويلعنهم اللعنون
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. (QS. Al Baqarah : 159 )
Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah bahwa Rasul disuruh menyampaikan wahyu Tuhan sedangkan Nabi tidak.Sekalipun Nabi tidak disuruh menyampaikan Wahyu ,tetapi para Nabi tetap menyampaikan berita tentang kenabiannya kepada umat dan terkadang Nabi juga berfatwa mengenai syare’at para Rasul sebelumnya.Jadi bukan berarti seorang Nabi tidak berdakwah sama sekali.
Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul wajib bersifat Tabligh dan Mustahil bersifat Kitman.
4. الفطانة, Fathonah artinya: Cerdas dan tidak pelupa
Fathonah adalah kecerdasan para Nabi dan Rasul sehingga dalam perdebatan mampu menundukkan hujjah atau argumentasi musuh-musuhnya Nabi Ibrahim as. dengan kecerdasannya mampu mengalahkan Raja Namrud .Nabi Nuh as. dapat menundukkan argumen kaumnya yang sama menentang.Rasulullah SAW. dalam sejarah banyak tercatat telah mengalahkan hujjah-hujjahnya kaum kafir.Bukti-bukti dari peristiwa tersebut telah diabadikan dalam Al Qur an. Sekalipun hanya beberapa Nabi dan rasul yang dikisahkan dalam Kitab suci tetapi cukup sudah untuk menunjukkan bahwa semua Nabi dan Rasulpun juga demikian.
Lawan dari sifat Fathonah adalah البلادة,Baladah artinya : Tidak cerdas dan pelupa.
Petunjuk akalnya :
Andaikan para Nabi dan Rasul tidak bersifat Fathonah,maka tentunya mereka bersifat Baladah.Jika Nabi dan Rasul bersifat Baladah maka mereka pasti tidak akan mampu menjawab dan menundukkan argumentasi musuh-musuhnya dalam perdebatan.Padahal yang demikian ini mustahil sebab kenyataan telah terbukti dalam perdebatan mereka mampu mengalahkan musuhnya .Banyak saksi-saksi yang melihat kemampuan mereka, diantaranya Al Qur an sendiri banyak menceritakan kisahnya. Allah berfirman :
وتلك حجتنا ءاتينها ابرهيم على قومه
Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya (QS. Al An’am : 83)
( قالوا ينوح قد جدلتنا فاكثرت جدالنا
Mereka berkata : Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami dan kamu telah memperpanjang bantahanmu kepada kami. (QS. Hud : 32)
وجدلهم بلتى هي أحسن
Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS. An Nahl : 125)
Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul wajib bersifat Fathonah (cerdas)dan mustahil bersifat Baladah (bebal).
SIFAT JAIZ BAGI RASUL
Sifat Jaiz bagi para Rasul Alaihim Assalam ada satu yaitu :
1. Memiliki sifat-sifat yang manusiawi (الاعراض البشرية ) selama tidak mengurangi derajat keluhuran Nabi dan Rasul itu sendiri. Contoh : sakit selain gila,epilepsi (ayan),stress,belang,buta,bisu ,kusta,gatal yang menjijikkan dan semisalnya. Haus dan lapar tetapi tidak sampai busung lapar.Makan, minum,tidur,naik kendaraan ,jual beli dan lain sebagainya.
Kisah tentang Nabi Syu’eb yang buta adalah tidak benar.Beliau tidak melihat bukan lantaran buta asal,tetapi akibat penggumpalan air mata yang terus-menerus mengalir sebagai akibat dari kesedihannya ditinggal putera tercinta yaitu nabi Yusuf as. Kisah tentang Nabi Ayyub as. juga demikian.Beliau memang sakit tetapi tidak sampai menjijikkan sehingga dikarantinakan.Sakit yang diderita Nabi Ayyub adalah sakit yang ada di bawah kulit sehingga tidak sampai menjijikkan orang lain.
Petunjuk akalnya :
Banyaknya saksi yang melihat sendiri kegiatan para Nabi dan Rasul melakukan hal-hal yang manusiawi pada zamannya. Banyak sekali kisah tersebut secara mutawatir dan dipastikan tidak bohong telah sampai kepada kita.
Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul jaiz (boleh) memiliki sifat-sifat umumnya manusia selama tidak mengurangi derajat kedudukan mereka.
Alhamdulillah telah selesai kita bahas lima puluh akidah .Sifat Wajib Tuhan 20,sifat Mustahil 20 dan sifat Jaiz Tuhan 1. Kemudian sifat Wajib Nabi dan Rasul 4,sifat Mustahil 4 dan sifat Jaiz Nabi Rasul 1.
Wallahu a'lam

Ma'rifaturrasul(mengenal Rasul)

Mengenal Rasul (Ma'rifatur Rasul)
1.1 Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul (Hajatul Insaan ilarrasul)
Manusia sangat membutuhkan adanya seorang rasul yang diutus; karena secara fitrah, manusia selalu ingin tahu keberadaan sang pencipta, selalu menginginkan untuk dapat mengabdi secara benar kepada sang pencipta (Allah SWT), dan selalu menginginkan kehidupan yang teratur.

Untuk bisa mengetahui secara benar tentang keberadaan Allah, bagaimana cara melakukan pengabdian kepada-Nya, dan bagaimana bisa memahami aturan main hidup yang dibuat oleh Allah SWT sebagai pencipta yang akan menjadikan kehidupan manusia menjadi teratur, semuanya itu hanya bisa diperoleh melalui penjelasan atau petunjuk dari seorang rasul. Maka keberadaan seorang rasul menjadi sangat dibutuhkan oleh manusia.

Allah SWT berfirman,
قُل لِّمَنِ اْلأَرْضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ . قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ . قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلاَيُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ.
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?"(QS. Al-Mukminun (23) : 84-89)

1.1.1 Makna Risalah dan Rasul
•Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.

•Rasul: Seorang laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.
وَمَآأَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ.
Allah SWT berfirman,
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. Al-Anbiyaa` (21) : 7)

1.1.2 Tanda-tanda kerasulan Muhammad SAW
Di antara tanda-tanda kerasulan Muhammad SAW adalah :
1.Memiliki sifat yang asasi (shiddiq, komitmen atau amanah terhadap perintah, tabligh dan fathanah atau cerdas).
2.Memiliki mukjizat (kejadian luar biasa yang diberikan Allah SWT sebagai tanda kenabian atau kerasulannya yang tidak bisa dipelajari dan ditandingi, serta tidak berulang).
3.Berita kedatangannya sudah diberitahukan. (QS. Ash-Shaf (61) : 6)


1.1.3 Kedudukan Rasulullah SAW
Untuk mengetahui kedudukan Rasulullah SAW, dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :

•Sebagai hamba Allah
Rasulullah SAW, dilihat dari kehambaannya atau kemanusiawiannya tidak ada bedanya dengan manusia yang lainnya. Di dalam sejarah kita dapat mengenal nasabnya, sifat-sifat fisiknya, hari dan tanggal kelahirannya. Beliau juga makan, minum dan berkeluarga, yang mana semuanya itu dimiliki oleh semua hamba Allah SWT termasuk Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman,
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرِّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي اْلأَسْوَاقِ لَوْلآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا.
Dan mereka berkata:"Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia. (QS.Al-Furqan (25) : 7)

•Sebagai utusan Allah
Dari sisi ini, kita bisa melihat bahwa Muhammad SAW memiliki kedudukan sebagai utusan Allah SWT dengan tugas-tugas :

Menyampaikan (tablig)
Allah SWT berfirman,
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ.
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah (5) : 67)

Adapun yang disampaikannya adalah :
•Ma'rifatullah (Mengenal hakikat Allah) .
ذَالِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ.
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Al-An’am (6) :102)

•Tauhidullah [Mengesakan Allah] .
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ.
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiyaa` (21) :25)

•Basyir wa nadzir (Memberi kabar gembira dan peringatan)
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ فَمَنْ ءَامَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ.
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-An’am (6) :48)

Mendidik dan Membimbing.
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي اْلأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ.
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah.Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. 62:2)

1.2 Sifat-Sifat Dasar Rasulullah SAW
Muhammad SW memiliki empat sifat dasar yang menjadikannya layak untuk mengemban, empat sifat dasar tersebut adalah:

1.2.1 Jujur (Shiddiq).
Kejujuran Muhammad SAW, adalah kejujuran mutlak yang tidak akan pernah luntur dalam kondisi apapun, maka beliau tidak pernah mengatakan sesuatu melainkan sesuai dengan realita, baik ketika berjanji ataupun bersumpah, serius ataupun bercanda. Kejujuran seperti ini, adalah sesuatu yang dimiliki oleh seorang rasul; karena manusia tidak akan percaya kepada rasul yang tidak jujur. Diantara contoh kejujuran Rasulullah SAW seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud, dari Abdullah bin Abil Khansa, ia menuturkan,”Sebelum masa kenabian, aku pernah melakukan transaksi jual beli bersama Rasulullah SAW. Ketika itu, aku masih menyisakan beberapa barang dagangannya padaku, lalu aku berjanji akan mengantarkan barang tersebut ke tempat beliau pada hari itu juga, akan tetapi ketika itu aku lupa, begitu pula keesokan harinya, sehingga aku datang ke tempat beliau pada hari yang ke tiga. Beliau beliau bersabda,”Wahai anak muda! Engkau telah menyengsarakan aku, sejak tiga hari yang lalu aku terus menunggumu di sini.”
Dari kisah tersebut, kita dapat melihat, bahwa beliau jujur dengan apa yang telah beliau sepakat dengan pemuda tersebuti, di mana dari hari pertama yang disepakati dengan pemuda tersebut sampai hari di mana pemuda itu datang kepadanya, Rasullullah SAW tetap setia menunggu.

1.2.2 Amanah dengan Apa yang Didakwahkan
Sebagai wakil dari Allah SWT, dengan misi menyampaikan risalah kepada umat manusia, Rasulullah SAW selalu konsisten dan komitmen dalam melaksanakan risalah tersebut; karena apabila apabila beliau tidak konsisten atau komitmen dalam menjalankan risalahnya, maka hal yang demikian akan menunjukkan bahwa ia tidak bisa menghadapi apa yang dibebankan kepadanya, dan tentu saja akan menjadi bukti kebohongan atas pengakuannya sebagai utusan Allah SWT.
Sebagai seorang rasul, tentunya beliau akan sangant mengenal keagungan Allah Azza Wa Jalla, sehingga tidak akan mendurhakai segala perintah-Nya; karenan dengan mendurhakai perintah Allah , berarti ia telah berkhianat. Dan orang yang tidak bersikap amanah tidak alyak utnuk mengemban risalah Allah SWT.
Salah satu contoh dari komitmen beliau atas perintah Allah SWT, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaikhani (Bukhari dan Muslim), dari Aisyah, ia menuturkan bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat malam hingga kaki beliau bengkak. Aku bertanya kepada beliau,”Mengapa engkau melakukan hal ini wahai Rasulullh!? Padahal dosa-dosamu yang akan dan yang sudah berlalu telah diampuni. Beliau menjawab,”Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?. Hal tersebut beliau lakukan, dalam rangka untuk memperlihatkan komitmennya terhadap perintah Allah SWT.
Allah SWT berfirman,
بَلِ اللهَ فَاعْبُدْ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ.
Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Az-Zunar (39) : 66)

1.2.3 Menyampaikan (Tabligh)
Rasulullah SAW senantiasa menyampaikan kandungan risalah secara sempurna dan kontinyu tanpa mempedulikan kemurkaan, penyiksaan, gangguan, tipu daya dan teror dari orang-orang yang memusuhinya. Beliau tetap istiqamah dan tidak tidak melakukan penyimpangan terhadap perin tah Allah SWT, betapapun banyak godaan yang merintanginya.
Tanpa adanya tabligh, risalah tidak akan pernah muncul ke permukaan, begitu juga halnya tanpa sikap sabar dan konsisten dari Rasulullah SAW, dakwah ini tidak akan pernah eksis.

1.2.4 Cerdas (Fathanah)
Cerdas adalah sifat yang harus selalu mengiringi upaya tabligh, karena disaat menyampaikan dakwahnya, seporang rasul akan banyak menghadapi bantahan dan perdebaan para musuh, pertanyaan para pengikutnya dan penentangan serta kritik orang-orang yang meragukannya. Oleh karena itu, ia harus memiliki kepastian kecerdasan, kekuatan argumentasi dan kekuatan berfikir yang menjadikannya mampu membungkam para musuh sehingga mereka tidak lagi mempunyai alasan untuk menolak.
Kalau seandainya mereka masih memiliki alasan untuk menolak, berarti seorang rasul tidak akan bisa menguasai mereka. Sebagaimana firman Allah SWT,
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا.
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa` (4) :165)
Hal tersebut tidak akan terjadi, kecuali apabila dakwah rasul itu seluruhnya benar. Sebab yang tidak benar tidak mungkin memiliki alasan yang jelas, dan yang bathil alasannya akan selalu mudah untuk dipatahkan. Hal ini tidak akan terealisir tanpa disertai dengan kecerdasan yang mampu menegakkan setiap hujjah dalam setiap pemaparan.

Di antara contoh kecerdasan Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya oleh seorang lelaki,”Apakah engkau Rasulullah? Beliau menjawab,”Ya.” Orang tersebut bertanya lagi,”Apa yang engkau sembah? Beliau menjawab,”Aku menyembah Allah semata, Tuhan yang apabila kamu mengalami musibah lalu kamu berdo’a kepada-Nya maka Dia akan menghilangkan musibah itu darimu. Tuhan yang apabila kamu mengalami ekkeringan, lalu kamu berdo’a kepada-Nya, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu. Tuhan yang apabila kamu tersesat di suatu belahan bumi, lalu kamu berdo’a kepada-Nya, maka Dia akan mengembalikanmu.

Lelaki tadi masuk Islam, kemudian berkata,”Berikanlah aku wasiat wahai Rasulullah! Beliau bersabda,”Janganlah engkau mencela apapun dan siapapun.” Orang itu berkata,”Sejak Rasulullah SAW memberikan wasiat wasiat tersebut, aku tidak pernah lagi mencela seekor unta atau kambing sekalipun.”
Contoh lain dari kecerdasan beliau, ketika kabilah-kabilah Arab ebrselisih tentang siapa yang lebih berhak untuk meletakkan hajar Aswad, maka dipanggillah Rasulullah SAW untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, kemudian dengan kecerdasannya, beliau menghamparkan sorbannya dan menyuruh kabilah-kabilah Arab untuk meletakkan hajar Aswad di atas sorbannya. Kemudian beliau menyuruh mereka semua untuk memegang keempat ujung sorbannya dan menyuruh mereka untuk mengangkat sorban tersebut lalu lalu beliau mengambil hajar Aswad itu dan meletakkannya sendiri pada tempatnya.
Dengan kecerdasan beliau seperti itu, semua kabilah Arab mau menerima dan merasa puas dengan keputusan tersebut sehingga mereka tidak berselisih lagi.

1.3 Kisah Teladan Seputar Ma’rifaur Rasul
Kisab Abu Bakar Ash-Shiddiq :
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seorang sahabat karib Rasulullah SAW yang membenarkan peristiwa Isra` Mi’raj yang secara akal sulit diterima. Ketika Rasulullah SAW selesai melakukan Isra` dan Mi’raj, dalam tempo satu malam dan pada waktu shubuh beliau sudah kembali berada di Mekkah, padahal Isra` Mi’rah itu diawali dari mesjid Al-Haram ke mesji Al-Aqsa, kemudian ke Sidratul Muntaha yang tentunya perjalanan ini bukan perjalan dengan jarak yang dekat, sehingga orang-orang kafir ketika mendengar berita itu dan mendapatkan Rasulullah SAW berada di Mekkah pada pagi hari, mereka sangat tidak percaya dan mengatakan bahwa Muhammad orang gila.

Akan tetapi, Abu Bakar bukanlah seorang yang beriman secara kebetulan, melainkan ia beriman hasil dari susah payah dan usahanya yang benar, demikian pula ia beriman hasil dari berfikirnya dan kecerdasannya.

Yang mendorong keimanan Abu Bakar bukan hanya logika hati semata, melainkan dibantu pula oleh logika akalnya, hal ini dapat terlihat dari ucapannya dalam peristiwa Isra Mi’raj tersebut : Aku akan percaya kepada Muhammad walaupun lebih dari itu, dan aku mempercayainya mengenai berita langit yang dibawanya, baik diwaktu pergi maupun ketika kembali.
Peristiwa Isra Mi’raj bagi Abu Bakar tidak ada persoalan, akan tetapi yang menjadi pertanyaan baginya adalah : benarkan Rasulullah SAW yang mengatakan demikian (Isra dan Mi’raj) ? jika memang demikian, maka benarlah ia.

Abu Bakar bergegas pergi ke Ka’bah untuk menemui Rasulullah SAW. Disana ia melihat orang-orang tengah mencibir dan meragukan peristiwa Isra mi’raj. Mereka mengelilingi Rasulullah SAW dengan suara ribut yang tidak menentu. Kemudian Abu Bakar melihat Rasulullah SAW sedang duduk dengan tunduk dan khusyu menghadap Ka’bah. Beliau tidak merasa terganggu dengan berisiknya orang-orang bodoh yang berada disekelilingnya.
Setibanya di sana Abu Bakar langsung memeluk Rasulullah SAW seraya berkata,”Demi ayak dan ibuku yang menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah! Demi Allah, sesungguhnya Engkau benar, demi Allah sesungguhnya Engkau benar.

Inilah bukti nyata dari keimanan Abu Bakar kepada Rasulullah SAW yang membuatnya rela untuk memberi dan berkorban baginya.